expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

CERPEN

Rabu, 11 Juni 2014

Untukmu Yang Memiliki Nurani

Dulu Ia bagaikan bidadari
Bermahkotakan terumbu berwarna warni
Diselimuti kilauan lamun disekujur liuk indah tubuhnya
Rimbunnya hutanmu bak kemilau rambut di hiasi bunga bunga
Keramahan dan kelembutan belaiannya membuat semua makhluk ingin
bercengkerama bersamanya

Tapii...
Itu dulu ...
Kini kecantikannya mulai sayu
Kemolekannya teramputasi

Karena nafsu
Kemilau mahkotanya pudar
Lamun itu tak sanggup lagi menyelimuti
Si Duyung, Si Pesut dan Si Hidung Panjang bersedih
menyaksikan nasibnya yang kian kritis
Masihkah bisa di sembuhkan ...
Apakah bisa di obatai ...

Dimanakah makhluk yang katanya memiliki nurani
Masih adakah belas kasih....
Bukankah hidup kami juga merupakankehidupan kalian...
Buat kalian ...hai mahluk yang memiliki nurani
Di sini ...
Di teluk ini ..
Kami gantungkan harapan untuk hidup
Seperti dambaan kebanggan menyaksikan keelokan kami ...
Wahai mkhluk yang memiliki nurani...

@ Balikpapan, 4 april 2013

Minggu, 06 April 2014

tangisan bocah di UGD

Sudah satu bulan bocah malang itu di ruang UGD di rumah sakit milik pemerintah yang megah itu
yang katanya semua peralatan dan perlengkapannya lengkap nan canggih
Bocah malang itu selalu dalam dekapan ibunya
Tak ingin Ia lepas dari gendongan ibunya
Tangisannya tak mampu menyentuh hati para dokter ...
apalagi perawat yang ada ruangan itu

Bocah itu menderita diare...
namun bukankah rumah sakit itu memiliki peralatan dan perlengkapan yang canggih...??
Lalu kenapa hanya penyakit diare saja tidak bisa tersembuhkan...
dan kenapa pula si bocah belum mendapat pearawatan yang katanya intensif...??
apa kurang insentifnya...??
balikpapan, 28 januari 2014

Wiji Tukul "AKU INGIN JADI PELURU"

Pulanglah Nang
pulanglah nang
jangan dolanan sama si kuncung
si kuncung memang nakal
nanti bajumu kotor lagi
disirami air selokan
pulanglah nang
nanti kamu manangis lagi
jangan dolanan sama anaknya pak kerto
si bejo memang mbeling
kukunya hitam panjang-panjang
kalau makan tidak cuci tangan
nanti kamu ketularan cacingan
pulanglah nang
kamu kan punya mobil-mobilan
kapal terbang bikinan taiwan
senapan atom bikinan jepang
kamu kan punya robot yang bisa jalan sendiri
pulanglah nang
nanti kamu digebugi mamimu lagi
kamu pasti belum tidur siang
pulanglah nang
jangan dolanan sama anaknya mbok sukiyem
mbok sukiyem memang keterlaluan
si slamet sudah besar tapi belum disekolahkan
pulanglah nang
pasti papimu marah lagi
kamu pasti belum bikin PR
belajar yang rajin
biar nanti jadi dokter
Solo, september 86


masih...Sajak dan Puisi Wiji Thukul

Darah Juang
di sini negeri kami
tempat padi terhampar luas
samuderanya kaya raya
tanah kami subur, Tuhan.
di negeri permai ini
berjuta rakyat bersimbah luka
anak kurus tak sekolah
pemuda desa tak kerja
mereka dirampas haknya
tergusur dan lapar
Bunda,relakan darah juang kami
‘tuk membebaskan rakyat
padamu kami berjanji
padamu kami berbakti
‘tuk membebaskan rakyat

Sajak Ibu dan Catatan Wiji Thukul


SAJAK IBU
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
tetapi menangis ketika aku susah
ibu tak bisa memejamkan mata
bila adikku tak bisa tidur karena lapar
ibu akan marah besar
bila kami merebut jatah makan
yang bukan hak kami
ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
ketabahan ibuku
mengubah rasa sayur murah
jadi sedap

ibu menangis ketika aku mendapat susah
ibu menangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
ibu menangis ketika adikku keluar penjara

ibu adalah hati yang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya
penuh maaf dan ampun
kasih sayang ibu
adalah kilau sinar kegaiban tuhan
membangkitkan haru insan

dengan kebajikan  
ibu mengenalkan aku kepada tuhan
(Solo, 1986)


Selasa, 17 September 2013

Alien Itu Datang

Dia Datang...
Menyusuri liuk lekuk tubuhnya
Menjilat sendi sendi syaraf...
Merasuki jiwa jiwa kosong...

Pekikan histeris ketakutan tak di risaukan
Memporakporandakan isi otak
Menderu bising di tengah kegalauan

Alien alien itu datang
Menghisap habis saripati
Menyisakan kegelisahan

Mahakam, 16 April 2013, 11.25 wita

Sepenggal Kisah si Dia


dia itu ...
antara ada dan tiada...
ketika itu dia berjalan menyusuri jalan setapak...
di tengah rimbunan ilalang...
langkah demi langkah dia tapaki...
tidak tau arah akan kemana dia....
hari demi hari...
malam demi malam...
pagi indah terlewati dengan terik mentari...
kadang gemericik hujan menemani...
hingga senja kelabu...
di ganti sunyi malam...

senandung serangga malam
membentuk ritmik symponi irama malam.
dan lentik tarian kunang kunang...
di terangi cahaya bintang bintang...

Si dia...
terbuai dalam symphony malam...
terbawa dalam mimpi indah...
di mana surga dan bidadari menari nari ...
seolah olah mengajak tuk ikut menari...
namun Si dia tersadar...
karena malam telah berganti...
hari ini...hari dimana Si dia harus terus melangkahkan kaki...
mencari cahaya terang ...dan panggilan bidadari dalam mimpi...


di tulis tanggal 06/08/2013, 22.47 wita