expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

CERPEN

Sabtu, 28 November 2015

DUA BELAS


Yaa...dua belas itu
Bisa  piring
Dua belas itu
Bisa juga gelas atau sendok

Yaa...dua belas itu
Bisa kain
Dua belas itu
Bisa juga celana atau kancut kancut

Yaa...
Dua belas itu bukan kesebelasan
Dua belas itu bukan kodian
Dua belas itu lusinan

Tapi...Yang dua belas ini...
Anak...cucu..cicit...dan saudara
Yang sangat dengan keluguannya
Mati di kuali kuali raksasa

Aku diam
Menyaksikan tarian tarian dan nyanyian nyanyain kegembiraan
Menyaksikan debat debat kosong kerontang
Para penguasa dengan tatapan nanar penuh nafsu
Merebut singgasana

Dan aku tidak pernah tahu
Apakah dua belas itu akan bertambah atau tidak
Yang jelas dua belas itu sudah terbunuh
Dua belas itu sudah binasa
Dan tidak ada yang merasa berdosa.

Samarinda, 24 November 2015

Selasa, 29 September 2015

Si KANCIL

si Kancil bukan anak nakal
si Kancil memang suka mentimun
tapi si Kancil tidak pernah mencuri
lalu kenapa si Kancil di bunuh

hari ini ku dengar berita kematiannya
kematian si Kancil di tangan pemburu
pemburu yang selalu kelaparan
pemburu yang selalu kehausan

lapar karena nafsu serakahnya
haus karena tidak ada lagi belas kasihnya
sehingga ia harus mengeruk onggokan daging si miskin
sehingga ia harus memeras keringat si miskin

dan mungkin karena si Kancil mencoba mengaum
berusaha meredakan nafsu si pemburu
mengurangi haus si pemburu
dan suaranya parau bak di kulum

si pemburu terbahak bahak
" hahahahaha....
bisa apa kau Kanciiilll...
aku lebih buas dari kau...."

#siKancil
aku memang tak lantang
aumanku kecil
tapi ...
aumanku banyak...

#pemburu
" hahahaha....
banyak bacot kau Kancil...
bosan hidup kau Kancil...
kau akan habis Kancil...
serigala dan anjing anjingku akan menghabisimu...

si Kancil MATI....
tersungkur...
kepalanya di hantam batu...

Tapiii ....
suara parau mengaum
masih terdengar mengiang sampai sekarang
suara parau Kancil akan terus mengisi relung relung kehidupan si Pemburu....

untuk Salim Kancil
indonesia, 29 september 2015

Sabtu, 15 Agustus 2015

Sendal Usangku

Sangat usang dirimu
Sudah berapa bulan usiamu
Apakah sudah tahunan dirimu

Aku ingat waktu itu
Dimana aku menemukanmu
Di tangga sebuah bangunan yang agak kumuh
Dengan tampilanku yang lusuh

Sendal Usangku
Telah jauh kau menemaniku

Melindungiku dari sengatan panas jalanan
Dari kerikil dan duri duri tajam
Dari lumpur sisa hujan semalam
Bahkan dari najis dan kotoran kotoran

Sendal usangku...
Entah sampai kapan kau bisa bersamaku
Ketika nanti tali pengekangmu putus
Dan menggantimu dengan yang baru
Namun kau tak akan pernah pupus